ASAL USUL KERAJAAN OLAK RENAH TANJUNG BUNGO OLAK GEDANG MALAKO INTAN
Sayang Tebuang, meskipun kisah
ini terjadi pada abad XIII sebelum masuknya zaman islam di Jambi tetapi
beberapa tokoh adat dan petua Kelurahan Sungai Bengkal masih mengingat cerita
demi cerita yang diturunkan oleh Datuknya.
Makam sayang tibuang tebo ilir sungai bengkal
Berawal dari sebuah kisah
Sekeluarga Tumenggung yang melakukan pelayaran di Sungai Batanghari Iskandar
Ketua Adat Kelurahan Sungai Bengkal menuturkan cerita demi cerita yang
mengungkap keberadaan Nenek Sayang Tebuang.
“Dulu, selain cerita nenek –
nenek kami, datuk Jidin pengurus Makam Sayang Tebuang juga dapat
menceritakan Sejarah ini dengan cara bersyair pada malam hari dengan dilengkapi
pendupaan,”ujar pria Kelahiran tahun 1956 ini.
Diakuinya bahwa untuk
mengupas kebenaran Sejarah tersebut sangatlah sulit, pasalnya kini tidak lagi
dapat ditemukan bahan – bahan yang otentik, karena beberapa benda yang
memiliki kaitan dengan sejarah ini seperti Batu Area Jantan Betino yang
tempatnya tepat dibelakang Masjid Pasar Sungai Bengkal sudah dibawa oleh Kontelir
Belanda pada tahun 1914.
“Tidak jauh dari tempat Batu
tersebut juga ada sebuah lokasi Rakya Gelanggang yang konon digunakan
sebagai tempat bermain silat seluas 7 x 7 dibuat dengan batu bata setebal tiga
lapis,”terangnya.
Lanjutnya, bahwa tepatnya pada
tahun 1286 Masehi berlayarlah Datuk Tumenggung bersama keluarganya dari
Pagaruyung melalui Sungai Batanghari dengan perlengkapan seadanya, dan
kepergian mereka tersebut menurut Kabar Sayang Tebuang bersamaan dengan
kepergian Tiang Bungkuk Rajo Kerinci dari Pagaruyung Alam Minang Kabau menuju
Kerinci , sedangkan Datuk Tumenggung mengikuti Sungai Batanghari
kehilir.
“Datuk tumenggung pergi dengan
membawa adat Harto Pusako Bapak Balik ke Anak, serta dua ekor binatang
peliharaan yang patuh dan sangat disayanginya,”kata Iskandar.
Kedua ekor binatang tersebut
yaitu berupa Ayam Jantan bernama Kinantan dan Itik Putih yang keduanya
memiliki kemampuan terlatih sebagai penentu perjalanan dan pelayaran Datuk
Tumenggung dengan menjadikannya sebagai pedoman.
Adapun keluarga yang berangkat
bersamanya ialah Tuan Puteri Istri Tumenggung, Bujang Slamat sesuruhannya datuk
Tumenggung, Si Kemban sesuruhan perempuannya, dan Putri Selaro Pinang Masak.
“Tujuan dilakukannya pelayaran
ini konon ialah untuk mencari tempat yang sesuai dengan keinginannya, yaitu
tanah yang subur, aman, dan lancar perhubungannya (transportasi),”tuturnya.
Sementara itu, kedua ternak
tersebut berfungsi sebagai pedoman, yaitu Ayam Kinantan untuk menunjukkan arah
dalam mencari tempat yang cocok didaratan, dan itik untuk pemandu dalam
perjalanannya melalui sungai.
“Maksudnyo, Sewaktu perahu
belayar, itik dilepaskan ke aek mendahului perahu menyusuri tepi Batanghari,
dan dimano itik mendarat mako perahupun bebelok menuruti pulo, dan ayampun
dilepaskan kedaratan maksud tujuan jika berkokok berarti tempat tersebut bagus
dibuat dusun,”ungkap Kandar.
Namun setelah beberapa hari
pelayaran, pertamo kali itik menepi di Tebo Ulu tepatnyo di Rambahan, namun
setelah ayam dilepaskan Tumenggung sambil merambah-rambah memperhatikan
ayam, namun ayam tidak kunjung berkokok.
Datuk Tumenggung meneruskan
perjalanan sehingga sampailah di suatu tempat di Muaro Batang Tebo, namun alhasil
ayam juga tak berkokok, dan Tumenggung kembali keperahu menlanjutkan
perjalanannya.
“Setelah beberapo hari
perjalanan, akhirnyo itik menepi yang ketigo kalinyo, setelah ayam
dilepas didaratan, maka berkokoklah tigo kali,”ujarnya.
Tempat yang ditemui Tumenggung
tersebut airnya Olak, diatasnya Renah, sebelah Ulunya terdapat Sungai Tanjung
yang pohonnya sedang berbunga, sebelah ilirnya terdapat Olak Gedang, diatas
dataran Malako Intan ( Indah maksudnya), dan Sungai tersebut kini disebut
sebagai Temontan tempat ditemuinya Ayam Kinantan.
“Tempat tu tadi akhirnyo
dijadikan sebagai dusun, dan diberi namo sebagai Olak Renah Tanjung Bungo Olak
Gedong Malako Intan yang letaknya disebelah di Hulu Sungai
Bengkal,”tuturnya.
Dan kian hari tempat tersebut
kian ramai, selain tanahnya yang subur masyarakat yang terus kian bertambah
sangatlah patuh kepada datuk Tumenggung, bahkan datuk Tumenggungpun dalam
memimpin Rakyat selalu menggunakan Musyawarah dalam mengambil keputusan apapun.
“Seperti Kata Petitih tua-tua,
Rajo Sedaulat, Pengulu seantiko tuo Sepakat Alim Seugamao,”bebernya.
SAYANG TEBUANG DIBUANG AYAH DAN
IBUNYA
Tidak berbeda denga Zaman
sekarang, sudah menjadi Adat kebiasaan jika ada yang melahirkan maka semua
Sanak Keluarga dan kerabat serta tetangga turut serta berkumpul
menunggu lahirnya seorang bayi dari rahim ibunya.
Dikatkan Sukandar Ketua Adat
Sungai Bengkal ini berdasarkan cerita moyangnya bahwa hal tersebut juga
dilakukan oleh semua Rakyat Tumenggung, apalagi ketika masa kelahiran anak yang
dikandung istrinya di tanah Kerajaan Olak Renah Tanjung Bungo Olak Gedang
Malako Intan.
tempat kedua sayang tibuang
“Alkisah bahwa putranya ini ialah
puteranya yang ke 11, Namun dibalik Kegembiraan tersebut
tersliplah kesedihan peghuni kerajaan tersebut, pasalnya menurut Nujum
anak tersebut ialah anak Celako,”kata Kandar.
Maka dengan hati yang pedih,
Suami Isteri tersebut menyuruh Bujang Slamat pesuruh datuk Tumenggung membawa
bayi tersebut untuk dibuang kekandang Kerbau. Dan diakui bahwa Datuk
Tumenggung sangat sayang dengan
Bayi tersebut,
begitupun dengan Bujang Slamat,
dan Tumenggungpun memberinya gelar “Sayang Tebuang”.
Namun, anehnya setelah tujuh hari
dibuang, Sayang Tebuang masih hidup dan sehat rupanya, adapun alasan dibuang
bayi tersebut karena Tumenggung merasa khawatir dengan kata-kata nujumnya yang
mengatakan bahwa si Bayi tersebut akan membawa kehancuran bagi Kerajaan Kerajaan Olak
Renah Tanjung Bungo Olak Gedang Malako Intan.
Melihat bayi masih hidup, Bujang
Slamat segera membawanya kehadpan Tumenggung. Dengan sangat sayang maka Bujang
slamat diperintahkan untuk membawa bayi tersebut ketepi sungai Batanghari
dilubuk Kembang Muaro Jambi yang kini dikenal sebagai Teluk putih.
“Namun setelah berjalan tujuh
hari, ketika Bujang melihat bayi tersebut, tampak olehnya bayi tersebut masih
sehat dan makin besar yang disusui oleh buaya kumbang beranak mudo dan
dipeliharo oleh Antu aek benamo Nenek Leter dan Datuk, dan Sigulung Ijuk yang
punyo anak namonyo Puteri Ayu dengan rasa sayang membawa bayi tersebut
menghadap Tumenggung,”ujarnya.
Tumenggung setelah melihat bayi
tersebut,maka diperintahkannya pula bujang Slamat membuang Bayi tersebut
kerimbo Gano bernama Limau Sundai Gading dibukit Lancaran Tedung diatas batu
hamparan dalam sungai Ketalo, namun setelah dilihat kembali oleh Bujang slamat
tujuh hari kemudian bayi tersebut ternyata masih hidup dan sehat.
“Semakin tumbuhnya sayang tebuang
tersebut karena dia disusui oleh Harimau Cempo dan Gajah Putih dan Ular
Tedung selamo di rimbo Gano,”ungkapnya.
Akhirnya Tumenggung semakin
khawatir dan Cemas, maka setelah dibawa kembali kehadapannya oleh Bujang Slamat,
Tumenggung meletakkan bayi tersebut dipangkal pohon kelapa, dan
menghunuskan pedangnya, namun bayi terpelanting pohon kelapa roboh karena putus
terkena pedang, lalu dan dipancungnya pula sekali lagi tapi pedangnya patah
mematah labuh ketiang, sedangkan bayi tetap selamat.
Alhasil melihat kejadian
tersebut, Tumenggung timbul pikirannya apa sebab bayi ini sudah tiga kali
dibuang dan dua kali dipancung tidak celaka sama sekali, dankarena yakin bahwa
bayinya dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan rasa penuh keyakinan
anaknya mempunyai tuah dan rasa penuh penyesalan dengan ahli nujumnya maka anak
tersebut dirangkul dan dibawanya pulang.
“Tuah ayam dapat dilihat, tapi
tuah manusia siapa yang tau, dan Tumenggung berjanji akan merawat anaknya dan
di didik menjadi orang baik-baik untuk mewarisi kerajaan Olak Renah Tanjung
Bungo Olak Gedong Malako Intan,”tutur Kandar.
RIWAYAT MUDA SAYANG TEBUANG
Setelah diasuh oleh Kerbau, Buayo
Kumbang, Harimau Cempo, Gajah Putih, Ular Tedung dan Antu Aek Sayang Tebuang
dapat bertahan hidup dan tumbuh semakin besar, apalagi ketika Ayahnya menyadari
bahwa tak pantas baginya membuang anaknya tersebut, Sayang Tebuang sangat
disayang dan terus tumbuh dewasa. Tebo....
Sayang Tebuang pada masa
Bujangnya sangat haus akan ilmu dan pengetahuan, awalnya Sayang Tebuang di
didik oleh ayahnya sendiri dan bebrapa ahli – ahli silat yang dipercayainya.
Namun, meskipun demikian Sayang
Tebuang dengan disetujui oleh orangtuanya, maka berangkatlah dia bersama
Bujang Slamat ke negeri Joang Ampo dengan memagang pesan Tumenggung Bejalan
lurus Bekato Benar serta dibekali Keris dan Ayam Kinantan.
Konon dinegeri Joang Ampo
terkenal orangtua yang sangat pandai bersilat dan diakui kesaktiannya, beliau
bernama datuk Syeh Panjang Janggut, setelah melakukan perjalanan yang cukup
lama Syang Tebuang akhirnya bertemu dengan Sayang Tebuang.
“Dek melihat Sayang Tebuang
membawa ayam, maka datuk Syeh mengajaknya Sabung Ayam, awalnya ditolak Sayang
Tebuang, namun konon diketahuinya setiap orang yang ingin menuntut ilmu dengan
datuk Syeh, maka harus menunjukkan kepandaiannya, Ayampun disabung, dan ayam
datuk Syehpun kalah,”ungkap Kandar.
Melihat ayamnya kalah, Datuk Syeh
Panjang Janggut tidak tinggal diam, justru diambilnya tombak dan dilemparkan
kearah Sayang Tebuag, namun tidak kena dan tombak menancap ketanah, dan
dihunusnya pula pedang ke arah sayang tebuang, namun lagi-lagi tidak kena.
Alhasil Syang Tebuangpun diterima sebagi muridnya.
Setelah setahun belajar dengan
datuk Syeh Panjang Janggut Sayang Tebuang meminta izin untuk meneruskan
perjalanan, dan diapun dibekali datuk Syeh Panjang Janggut dengan sebuah perahu
yang namanya Dendang Lai Bangun Melayu, perahu tersebut konon memiliki
kesaktian yang dapat menempuh perjalanan 3 hari menjadi 3 jam.
“Dalam perjalanannya tersebut
Sayang Tebuang dicegat oleh Bajak Laut China yang bernama Kuan Tung
dengan perahu Singset. Namun Sayang Tebuang selamat, dan setiap ada halanagan
sedemikian dia selalu dibantu oleh makhluk-makhluk yang pernah menyusui dan
memeliharanya selama masa pembuangan.
Setelah melakukan perjalanan
panjang, Sayang Tebuang sampailah ketanah Aur Bersurat, dan dinegeri pamannya
tersebut Sayang Tebuang akan dinikahkan dengan Seorang Putri Bukit Siguntang.
“Namun, karena mengingat janjinya
bahwa dia tidak akan beristri selama kakanya Selaro Pinang Masak belum
bersuami, dan dia bermimpi bahwa junjungan sirih menimpa serambi rumahnya.
Menurut pamannya mimpi tersebut mimpi buruk, maka Sayang Tebuang disuruh pulang
ke Olak Renah,”ujarnya.
Sesampai di Olak RenahTanjung
Bungo, didapatinya kabar bahwa Ayah dan Ibu serta Kakaknya Putri Selaro Pinang
Masak ditawan oleh Rajo Pasemah dengan tujuan untuk menikahi Kakaknya, Sayang
Tebuangpun menyusul ke Kerajaan Rajo Pasemah.
“Sayang Tebuang berhasil emmbawa
Ayah dan Ibu serta Kakaknya pada malam hari, Raja Pasemah sangat murka,
dan sudah barang pasti hanyo Sayang Tebuanglah yang berani melakukan
itu,”ungkapnya pula.
Dan setelah kejadian tersebut,
Sayang Tebuang bermaksud mencarikan jodoh untuk Kakaknya, maka disampaikanlah
niatnya tersebut kepada Kincir Gilo Anak Rajo Pasemah digunung Sumpuh
Palembang, namun dengan syarat harus membantunya perang melawan Rajo Pasemah,
dan Kincir Gilopun setuju.
Perang terjadi, Kincir Gilo
menang, akhirnya perjanjian tersebut diresmikan, Selaro Pinang Masak menikah
dengan Kincir Gilo dengan dikarunia seoarng putra yang diberi namo Rajo Kecik
Bayang Sakti.
“Selamo Sayang Tebuang memimpin
kerajaan setelah ayahnya meninggal, segala diatur menurut adal lembago yang
telah diwariskan ayahnya, dan selanjutnya kerajaan tersebut akhirnya diserahkan
ke keponakannya Rajo Kecik Bayang Sakti karena Sayang Tebuang tidak punya
anak,”pungkasnya.
BERTAPA KEBUKIT SIGUNTANG
Polemik yang menjadi misteri
didalam kalangan Masyarakat Sungai Bengkal mengenai kepastian apakah Sayang
Tebuang meninggal atau Ghaib sulit untuk dijawab.
Cerita Kabar Sayang Tebuang ini
bersumber dari petitih-petitih, dan datuk Jidin pengurus Makamnya Sayang
Tebuang, Cerita Ngebi Zakaria di Sungai Bengkal, Sabar Siti Sialang Kecil
dipulau Temiang, bahkan kisah ini juga pernah dituangkan dalam bentuk tulisan
oleh Almarhum Datuk Ramli Ibrahim pada tahun 15 Maret 1982.
Dalam penulisan riwayat sayang
tebuang tersebut, sama halnya dengan yang dikabarkan petitih tua setempat,
serta yang disyairkan datuk Jidin bahwa Sayang Tebuang tidak meninggal.
Alkisah, setelah Rajo Kecik
Bayang Sakti menjadi Raja keris kerajaan diserahkan kepadanya oleh syang
tebuang, dan tidak berapa lama Sayang Tebuang selalu menghilang pergi
ketempat-tempat pertapaannya dibukit siguntang yang akhirnya dia tidak kembali.
Menurut ramalan dia selalu ada
hanya berupa ghaib, bila diperlukan selalu ada berupa mimpi bagi turunannya,
oleh karena itu diputuskanlah bahwa keris yang ada ditangan Rajo Kecik Bayang
Sakti ditanam sebagai tanda sayang tebuang sudah gaib dimakamkan dipasar Sungai
Bengkal Sekarang.
“Jadi ketiko lah sekian lamo
Sayang Tebuang menghilang, Kerajaan Olak Renah Tanjung Bungo dapat serangan
dari Rajo Jin dari gunung Roban, namun berkat pertolongan Sayang Tebuang
kerajaan tersebut dilimuni supayo tidak kelihatan oleh musuh, sedangkan Rajo
Kecik terus mengejar Rajo Jin sampai akhirnya Rajo tersebut mati, Rajo Kecikpun
menjadi Rajo digunug Roban Semarang,”ungkapnya.
Namun tidak hanya sbetas itu,
tepatnya pada tahun 1948-1949 telah dibuktikan oleh anak cucunya ketika perang
melawan belanda, Letnan Ajis dengan pasukannya di Sungai Rengas bertempur
dengan belanda, anehnya denan pasukan yang sedikt, tetapi malah dianggap
belanda pasukannya sangat banyak.
“Padahal kekuatan Ajis hanya
beberapa orang saja, sedangkan belanda sangatlah banyak, dan karena hal
tersebut maka nama Ajis berobahlah menjadi Ajis Sayang Tebuang, dan seorang
anak buahnya memang meninggal, tetapi bukan dalam pertempuran tersebut, yaitu
yang bernama Yahya,”ungkapnya
Dan hingga kini menurut keyakinan
orang yang berkaul pada bulan – bulan Rabiul Awal, Jumadil Awal, Jumadil Akhir
Berada di Sungai Bengkal, Olak Renah Tanjung Bungo. Sedangkan bulan Zulkaidah
sampai Syawal diberada di Gunung Roban Pulau Jawa.
Sehingga kini dkhalayak ramai
diakui bahwa Sayang Tebuang selain mempunyai kesaktian luar biasa karena
dahulunya dipelihara dan dibantu oleh makhluk dan binatang buas, juga dia
dianggap tidak mati, tetapi ghaib.
Demikianlah Cerita Sayang Tebuang
ini yang dihimpun dari Pengakuan Masyarakat , dan Cerita Orangtua terpercaya
Setempat...
Sumber : http://sayangtebuang.blogspot.com/
No comments
Tinggalkan Saran Anda untuk Website kami